Napas Baru untuk Stasiun Tua: Menyelami Sejarah dan Kebangkitan Kembali Kereta Api Gresik

LINTAS9 || Gresik, 23 Oktober 2025 – Kabupaten Gresik, yang lebih dikenal sebagai kawasan industri modern, menyimpan segmen sejarah transportasi yang hampir terlupakan yakni jaringan kereta api yang pernah menjadi urat nadi perekonomiannya. Jejak-jejak kejayaan rel kereta api di wilayah ini ternyata memiliki kaitan erat dengan masa keemasan industri gula di Jawa Timur pada era kolonial.

 

Sejarawan lokal, Ahmad Fauzi, menjelaskan bahwa keberadaan stasiun dan jalur kereta di Gresik tidak dapat dipisahkan dari kebutuhan pengangkutan komoditas. “Pada akhir abad ke-19, pabrik-pabrik gula di sekitar Gresik, seperti PG Cepu dan beberapa pabrik di lembah Bengawan Solo, membutuhkan sarana transportasi yang efisien untuk mengangkut tebu dan gula ke pelabuhan. Jalur kereta api menjadi solusi strategis, menghubungkan pusat produksi dengan Pelabuhan Gresik yang menjadi gerbang ekspor,” paparnya.

Baca juga:  Wabup Sampang Aspirasi Gelaran Kerapan Sapi Piala KASAD di Bangkalan 

 

Jalur kereta api yang melintasi Gresik merupakan bagian dari jaringan Nederlandsch-Indische Spoorweg Maatschappij (NIS) dan Staatsspoorwegen (SS). Rute utama yang signifikan adalah jalur dari Surabaya menuju Lamongan dan Babat, yang melintasi beberapa titik di Gresik. Stasiun-stasiun seperti Stasiun Gresik, Stasiun Kebomas, dan Stasiun Indro menjadi saksi bisu lalu lintas barang dan penumpang yang ramai pada masanya.

 

Seorang warga yang juga pemerhati heritage, Maria Dian Pratiwi, menyatakan bahwa arsitektur stasiun-stasiun ini mengikuti model standar kolonial untuk jalur sekunder. “Bangunannya relatif sederhana dibandingkan stasiun besar seperti Surabaya Gubeng, namun fungsional. Sayangnya, banyak yang sudah tidak utuh atau berubah fungsi seiring dengan matinya jalur ini untuk angkutan umum,” ujarnya.

 

Penutupan jalur kereta api untuk penumpang umum di lintas Gresik terjadi secara bertahap seiring menurunnya volume angkutan gula dan berkembangnya transportasi jalan raya. Aktivitas kereta api secara komersial akhirnya benar-benar padam, meninggalkan rel-rel yang kini sebagian besar telah terlupakan atau dicabut.

Baca juga:  Temui Demo Penolakan Kenaikan BBM, Bu Min Akan Teruskan Aspirasi ke Pemerintah Pusat. 

 

Namun, angin segar berhembus dengan tren wisata heritage. Komunitas pecinta kereta api dan sejarah mulai menggalakkan eksplorasi untuk memetakan kembali jejak-jejak ini. “Kami melihat potensi besar untuk mengangkat sejarah perkeretaapian Gresik sebagai bagian dari wisata edukasi. Jejak rel yang tersisa, bekas-bekas stasiun, dan cerita di baliknya adalah narrative yang powerful untuk menarik minat generasi muda dan wisatawan,” tambah Maria.

 

Sebagian komunitas terkait disebut-sebut sedang meninjau ulang potensi ini. Wacana menghidupkan kembali sejarah jalur kereta api mulai mengemuka meski masih membutuhkan kajian yang mendalam.

 

“Warisan rel kereta api ini adalah bagian dari identitas Gresik yang industrial. Melestarikannya bukan hanya soal nostalgia, tetapi tentang memahami fondasi ekonomi yang membentuk Gresik menjadi seperti sekarang,” pungkas Ahmad Fauzi.

Baca juga:  Pembongkaran Tugu Perguruan Silat di Kecamatan Turi, Kapolres : Semoga Diikuti Perguruan Lainnya

 

Di tengah narasi tentang jalur yang mati, muncul secercah harapan dari Stasiun Indro. Sejak tahun 2021, stasiun ini kembali berdenyut dan ditetapkan sebagai titik akhir (terminus) untuk layanan Kereta Api Komuter rute Sidoarjo-Surabaya-Gresik. Kebangkitan ini menghidupkan kembali fungsi stasiun di Kota Gresik tersebut, meski dalam konteks dan rute yang sama sekali baru untuk melayani mobilitas warga modern. Keberadaan kereta komuter ini tidak hanya memanfaatkan infrastruktur yang ada, tetapi juga menjadi simbol penyambung sejarah masa lalu dengan dinamika transportasi masa kini, membawa “nyawa” baru bagi bangunan cagar budaya yang sebelumnya hanya menjadi kenangan.(Wan)