Indeks
banner 728x90

Malam Satu Suro, Antara Mitos dan Kepercayaan Masyarakat Jawa

banner 468x60

Malam Satu Suro (malam pertama bulan Suro dalam kalender Jawa) adalah malam yang dianggap sangat sakral dan penuh mistis dalam tradisi Jawa. Banyak mitos, larangan, dan kepercayaan yang menyelimutinya, terutama terkait hal-hal gaib, keselamatan, dan nasib. Berikut beberapa mitos dan kepercayaan yang umum terkait malam satu Suro:

 

1. Puncak Kekuatan Makhluk Halus: Dipercaya sebagai malam di mana makhluk halus (genderuwo, wewe, kuntilanak, dsb.) berkeliaran dengan bebas dan kekuatannya mencapai puncak. Orang Jawa yang percaya akan menghindari tempat-tempat “wingit” (angker) seperti hutan, sungai, jurang, atau kuburan.

2. Larangan Keluar Rumah (Tirakat): Banyak orang, terutama generasi tua, menganjurkan untuk tidak keluar rumah setelah maghrib hingga subuh. Mereka yang keluar diyakini rentan terhadap gangguan makhluk halus atau kesialan.

3. Pantangan Bepergian Jauh: Bepergian jauh (terutama melalui hutan atau tempat sepi) pada malam satu Suro dianggap sangat berbahaya karena risiko tersesat secara fisik atau gaib (kesasar).

4. Pantangan Mandi Malam Hari: Ada kepercayaan bahwa mandi malam hari, terutama di sungai atau sumber air terbuka, pada malam satu Suro bisa mengundang makhluk halus atau menyebabkan kesurupan.

5. Larangan Mencuci Pakaian di Sungai: Aktivitas mencuci di sungai pada malam itu dipercaya dapat mengundang makhluk halus penghuni sungai.

6. Pantangan Melaut (Bagi Nelayan): Banyak nelayan tradisional Jawa pantang melaut pada malam satu Suro karena dianggap berbahaya akibat kekuatan alam dan makhluk gaib yang meningkat.

7. Saat yang Tepat untuk Laku Spiritual (Tirakat): Di sisi lain, malam satu Suro juga dianggap sebagai waktu paling sakral dan penuh berkah untuk melakukan laku spiritual seperti:

Tapa/Meditasi: Bertapa di tempat-tempat keramat atau di rumah untuk mencari pencerahan, kekuatan batin, atau wangsit.

Semadi: Berkonsentrasi dan merenung untuk membersihkan diri dan mendekatkan diri kepada Tuhan/Sang Pencipta.

Ritual Tirakatan: Berjaga sepanjang malam dengan berdoa, membaca kitab suci, atau mengaji bersama di masjid/musala.

Ziarah Kubur: Mengunjungi makam leluhur atau tokoh yang dihormati untuk mendoakan dan mencari berkah (walaupun ini sering dilakukan siang/sebelum malam tiba).

Mendapatkan Pusaka atau Ilmu Gaib: Dipercaya sebagai waktu terbaik untuk “memetri” (merawat) pusaka, menerima wangsit, atau bahkan mencari benda-benda bertuah (walaupun ini kontroversial dan tidak diajarkan dalam Islam).

8. Peringatan dan Introspeksi Diri: Secara filosofis, malam satu Suro dimaknai sebagai waktu untuk introspeksi diri, meninggalkan keburukan di tahun lalu, dan menyiapkan niat baik untuk tahun baru Jawa. Larangan-larangan fisik juga dimaksudkan agar orang fokus pada kegiatan spiritual di dalam rumah.

9. Kirab Budaya: Di beberapa keraton Jawa (seperti Solo dan Yogyakarta), malam satu Suro dirayakan dengan Kirab Mubeng Beteng (mengelilingi benteng keraton) atau Kirab Pusaka (kirab benda-benda pusaka keraton), seperti Kerbau Kyai Slamet di Solo. Ritual ini penuh dengan simbol dan doa untuk keselamatan negeri.

 

Penting untuk Diingat:

 

Tradisi Lokal Berbeda: Kepercayaan dan larangan spesifik bisa sangat bervariasi antar daerah di Jawa.

Tingkat Kepercayaan Berbeda: Tidak semua orang Jawa mempercayai mitos-mitos gaib ini secara harfiah. Banyak yang memaknainya lebih sebagai simbol dan ajaran untuk berhati-hati, introspeksi, dan fokus pada spiritualitas.

Agama: Umat Muslim yang taat akan lebih mengutamakan ajaran Islam dalam menyikapi malam satu Suro, seperti berdoa, berzikir, dan menghindari syirik (menyekutukan Allah). Aktivitas tirakat sering diselaraskan dengan ibadah Islam.

Hormati Keyakinan: Meskipun mungkin terdengar tidak rasional bagi sebagian orang, keyakinan ini adalah bagian dari kearifan lokal dan budaya Jawa yang telah berlangsung turun-temurun. Menghormati tradisi setempat adalah hal yang bijak jika Anda berada di wilayah yang masih kuat memegang tradisi ini.

 

Inti dari malam satu Suro dalam budaya Jawa adalah kesakralan, introspeksi diri, permohonan keselamatan, dan penghormatan terhadap alam serta leluhur. Mitos-mitos yang menyertainya mencerminkan upaya manusia untuk memahami dan menghadapi hal-hal yang dianggap mistis pada malam yang diyakini penuh kekuatan tersebut.

banner 325x300
banner 728x90

WhatsApp us

Exit mobile version