Indeks
banner 728x90

DARI BANDAR GRISSEE KE GRESIK MODERN: MISTERI PELABUHAN EMAS YANG MEMBARA DI JALUR REMPAH NUSANTARA!

banner 468x60

GRESIK || Berdiri kokoh di pesisir utara Jawa Timur, Gresik menyimpan catatan gemilang sebagai bandar legendaris yang pernah menjadi jantung perdagangan Nusantara. Sebelum bernama Gresik, kota ini masyhur sebagai Bandar Grissee – gerbang internasional abad ke-14 yang disinggahi kapal-kapal dari Tiongkok, Arab, hingga Gujarat. “Grissee adalah emporium termasyhur di era Majapahit, lebih ramai dari Tuban sekalipun,” ungkap Dr. Arif Wibowo, sejarawan maritim Universitas Airlangga, mengutip naskah kuno Negarakertagama.

 

Pada puncak kejayaannya di abad ke-15, pelabuhan ini menjadi magnet bagi pedagang rempah, kayu cendana, dan kain tenun. Nama “Grissee” sendiri konon berasal dari kata “Giri Gisik” (gunung pantai), merujuk pada topografi kawasan yang dihiasi perbukitan dan pesisir. Keagungannya terukir dalam laporan Laksamana Cheng Ho yang menyebut Grissee sebagai pusat pertukaran budaya dan komoditas termegah di Jawa.

 

Tak hanya sebagai pusat niaga, Grissee juga menjadi kawah candradimuka penyebaran Islam lewat peran monumental Sunan Giri (Raden Paku). “Dialah arsitek transformasi Grissee dari bandar dagang menjadi pusat peradaban Islam,” tegas KH. Miftakhul Huda, ketua Yayasan Pesantren Gresik. Pesantren yang didirikannya pada 1487 tidak hanya mencetak ulama, tapi juga jadi benteng pertahanan melawan penjajah.

 

Kejatuhan Grissee mulai mengemuka seiring dominasi VOC abad ke-18. Belanda secara sistematis memindahkan aktivitas pelabuhan ke Surabaya, meruntuhkan supremasi ekonomi Grissee. “Virus korupsi di tubuh elit lokal juga mempercepat kemunduran. Bandar yang dulu dijuluki ‘Venice of Java’ itu pun redup,” papar Arif menambahkan data arsip Kolonial Belanda.

 

Kini, sisa-sisa kejayaan itu masih terasa di kompleks makam Sunan Giri dan situs pemakaman kuno Tionghoa di Lereng. “Setiap batu nisan di sini adalah saksi bisu percampuran budaya yang harmonis,” ujar Siti Aminah, kurator Museum Gresik, sembari menunjuk ornamen kaligrafi Arab-Porselen Ming. Meski berganti nama menjadi Gresik pada 1974, jiwa Grissee tetap hidup dalam denyut industri dan semangat toleransi warganya.

 

 

banner 325x300
banner 728x90

WhatsApp us

Exit mobile version