GRESIK, JATIMTIME.COM – Batu bara kalori rendah yang akan diproses menjadi Dimethyl Ether (DME) untuk substitusi dipersiapkan untuk menggantikan Liquefied Petroleum Gas (LPG). Kini pemerintah terus berupaya menekan impor LPG dengan mendorong produk hilirisasi batu bara kalori rendah.
Mengenai penentuan harga, Pjs. Corporate Secretary PT Pertamina Patra Niaga Irto Ginting mengungkapkan saat ini masih dalam tahap kajian. Nanti harga akan disesuaikan dengan kebijakan pemerintah mengenai distribusi DME ini.
“Saat ini penentuan harga DME masih dalam tahap kajian yang tentunya akan disesuaikan dengan kebijakan yang diterbitkan oleh pemerintah terkait distribusi DME,” ungkapnya kepada awak media, Jumat (12/11/2021).
Lebih lanjut dia mengatakan, karena DME adalah produk yang bisa digunakan untuk mensubstitusi LPG, maka produk ini nantinya bisa dicairkan seperti halnya LPG. Produk ke konsumen pun nantinya disalurkan berupa tabung, seperti LPG.
“DME juga dapat dicairkan seperti halnya LPG dan dapat didistribusikan ke konsumen dalam bentuk kemasan tabung seperti halnya LPG,” lanjutnya.
Sebelumnya, Direktur Pembinaan dan Pengusahaan Batu Bara Direktorat Jenderal Mineral dan Batu Bara Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Sujatmiko mengatakan, pemerintah masih mengkaji rencana pemberian subsidi produk DME.
Dia mengatakan, jika proyek gasifikasi ini secara nilai ekonomi menguntungkan negara, maka akan ada penugasan pemerintah. Dengan penugasan ini, maka subsidi akan diberikan ke produk DME.
“Subsidi, pemerintah sedang pertimbangkan dan kaji penugasan pemerintah kalau semua nanti, misalnya semua nanti ekonomi value untungkan negara, maka akan ada penugasan pemerintah. Penugasan ini, maka subsidi akan diberikan pada DME,” paparnya, Senin (23/02/2021).
Menurutnya, jika subsidi tetap diberikan sama dengan jumlah subsidi Liquefied Petroleum Gas (LPG), namun setidaknya produk DME tidak perlu impor.
“Kalau toh subsidi masih ada, tapi kita nggak impor LPG,” tuturnya.
Sebelumnya, Menteri Investasi/ Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia menyebut Indonesia telah meraih komitmen investasi sekitar US$ 13 miliar-US$ 15 miliar atau sekitar Rp 185 triliun sampai Rp 213 triliun (asumsi kurs Rp 14.200 per US$) dari Air Products and Chemicals Inc (APCI).
Komitmen investasi Air Products ini tak lain untuk proyek hilirisasi pertambangan batu bara yang akan mengolah batu bara berkalori rendah menjadi DME, methanol atau produk kimia lainnya untuk menggantikan LPG.
Estimasi proyek ini akan dilakukan di Tanjung Enim selama 20 tahun. Dengan utilisasi 6 juta ton batu bara per tahun, proyek ini dapat menghasilkan 1,4 juta DME per tahun untuk mengurangi impor LPG 1 juta ton per tahun sehingga dapat memperbaiki neraca perdagangan. Adapun untuk proyek DME bersama PTBA ini saja diperkirakan membutuhkan dana sekitar US$ 2,1 miliar atau sekitar Rp 30 triliun.
Pembangunan fisik proyek DME ini diperkirakan memakan waktu sekitar 3-4 tahun, sehingga ditargetkan paling cepat akan beroperasi pada 2024. (iwan)