Pemugaran Benteng Pendem Ngawi, atau Benteng Van den Bosch, Berikut Fakta dan Sejarahnya. 

JATIMTIME.COM – NGAWI || Benteng Pendem Ngawi, atau Benteng Van den Bosch, saat ini tengah dipugar oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) guna menjaga agar bangunan tidak makin rusak.

 

Progres pembangunan Benteng Van den Bosch Ngawi sudah mencapai 67 persen. Hal tersebut menandakan pemugaran benteng yang juga dikenal Benteng Pendem itu butuh waktu lagi.

 

Meski, menuntut rekanan untuk bekerja cepat, Dirjen Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Diana Kusumastuti ingin rekanan tetap berhati-hati dalam melakukan revitalisasi.

 

”Kami yakin mereka tidak langsung bisa bekerja cepat karena saat revitalisasi pasti ada penggalian. Disanalah pasti ada temuan-temuan benda cagar budaya. Dan itu perlu pengamatan yang mendalam, agar ketikan revitalisasi benteng sudah selesai, bisa sekalian dijadikan sebagai bentuk temuan yang menunjang dan teridentifikasi,” kata Diana.

 

Kepala Bidang Pariwisata Dinas Pariwisata, Pemuda, dan Olahraga Kabupaten Ngawi Totok Sugiharto mengatakan, Benteng Pendem diperkirakan akan selesai pada awal 2023.

 

Meski sedang direstorasi, namun Totok mengatakan bahwa ada kemungkinan wisatawan tetap bisa ke sana. Namun, kapasitas akan dibatasi. Selain karena pandemi, juga agar kunjungan tidak mengganggu proses pemugaran Benteng Pendem.

Baca juga:  PEMERINTAH KABUPATEN GRESIK GENCAR ADAKAN SOSIALISASI HIV-AIDS DI TIAP KECAMATAN UNTUK CAPAI TARGET 3 ZERO DI 2030,

 

Sebelum berkunjung, baik selama maupun sesudah proses pemugaran benteng, ada baiknya kamu mengetahui sejarahnya terlebih dahulu agar pengalaman berkunjung semakin menarik.

 

Lantas, seperti apa sejarah Benteng Pendem Ngawi dan mengapa bangunan disebut sebagai benteng bersejarah?

 

Sejarah Benteng Pendem Ngawi

 

Benteng Pendem dibangun oleh seorang arsitek Belanda bernama Jacobus von Dentzsch antara tahun 1839-1845.

Benteng yang letaknya di Kelurahan Pelem, Kecamatan Ngawi tersebut lokasinya tepat di kawasan pertemuan Bengawan Solo dan Sungai Madiun.

 

Hal ini membuat benteng yang letaknya di atas lahan seluas 15 hektar tersebut memiliki peran penting bagi Pemerintah Hindia Belanda.

 

Adapun, peran tersebut berkaitan dengan mengamankan dan menguasai jalur perdagangan para penjajah pada saat itu.

 

Nama Van den Bosch

 

Saat dibangun, benteng tersebut diberi nama Van den Bosch yang merupakan nama Gubernur Jenderal ke-43 Hindia Belanda, yakni Johannes Graaf van den Bosch.

Baca juga:  PBG Dorong Perbup Pedoman Penyusunan APBDES TA 2022 segera Diterbitkan

 

Pada umumnya, benteng dibangun dengan posisi yang lebih tinggi dari daratan atau di wilayah perbukitan. Namun beda halnya dengan Benteng Pendem Ngawi.

 

Sebab, posisi tanah di sekitarnya lebih tinggi dari posisi bangunan. Posisi inilah yang juga membuat benteng bersejarah tersebut disebut juga dengan Benteng Pendem.

 

Lokasi yang strategis Benteng Pendem Ngawi

 

Sebelumnya, dikatakan bahwa Benteng Pendem memiliki lokasi yang strategis lantaran letaknya berada tepat di kawasan pertemuan Bengawan Solo dan Sungai (Bengawan) Madiun.

 

Dahulu, Bengawan Solo menjadi salah satu jalur transportasi penting yang menghubungkan pesisir utara dengan wilayah pedalaman Pulau Jawa.

 

Pada saat itu, Van den Bosch melengkapi benteng dengan 250 prajurit bersenjata bedil (senapan) dengan 60 pasukan kavaleri, serta enam meriam api yang diletakkan pada beberapa sudut benteng.

 

Sementara itu, para prajurit tinggal di kamar-kamar bak asrama di lantai dua benteng. Bagian bawah tanah benteng dijadikan sebagai penjara. Benteng juga dilengkapi gudang amunisi.

Baca juga:  Polsek Kalipare Bersama Perum Hutani KPH Blitar Lakukan Giat Antisipasi Pohon Tumbang Akibat Cuaca. 

 

Wisata sejarah Benteng Pendem Ngawi

 

Meski sudah berusia hampir dua abad dan sudah tidak difungsikan sebagai pertahanan, benteng ini masih menjaga eksotismenya.

 

Kendati demikian, sebagian bangunan sudah tidak utuh lantaran terkena serangan bom pasukan Jepang pada 1942. Lebih lanjut, beberapa bagian dinding pun sudah terlihat kusam.

 

Akan tetapi, eloknya bangunan khas Eropa tersebut masih dapat dilihat hingga kini oleh wisatawan yang berkunjung.

 

Pada era kemerdekaan, Batalyon Artileri Medan 12—salah satu kesatuan dalam Komando Strategis Cadangan TNI Angkatan Darat (Kostrad) di Kabupaten Ngawi sempat berkantor di sana.

 

Kesatuan tersebut berinisiatif untuk ikut membantu merawat cagar budaya tersebut, dan membuka benteng sebagai salah satu tujuan wisata sejarah pada 2012.

 

Apabila ingin berkunjung, tempat wisata ini berlokasi di Jalan Untung Suropati nomor 3, Kelurahan Pelem, Kecamatan Ngawi. Harga tiket masuk Benteng Pendem Ngawi adalah Rp 5.000 per orang. Jam operasionalnya adalah setiap hari pukul 08.00-17.00 WIB. (iwan)