Berita  

Monumen Kresek, Saksi Kekejaman Peristiwa Madiun 1948.

MADIUN || Bulan September bagi negara Indonesia tidak lepas dari peristiwa menyayat hati, yakni peristiwa kekejaman G 30S PKI. Salah satu yang mengingatkan kita tentang peristiwa tersebut adalah Monumen Kresek merupakan saksi bisu kekejaman PKI di Desa Kresek, Kecamatan Wungu, Kabupaten Madiun, Jawa Timur.

 

Monumen ini dibangun untuk mengenang sejarah kelam Peristiwa Madiun 1948, konflik berdarah antara pemerintah dengan Front Demokrasi Rakyat, kelompok oposisi yang digawangi PKI, Partai Sosialis, Partai Buruh Indonesia, SOBSI, dan Pesindo.

 

Monumen Kresek yang berdiri di atas lahan 3,5 hektar itu dibangun pada 1987 dan diresmikan pada 1991 oleh Gubernur Jawa Timur, Soelarso. Monumen ini sekarang jadi objek wisata sejarah.

Baca juga:  Kesulitan Mengurus PBB? Gresik Luncurkan Aplikasi SILOPINTER Sebagai Solusinya.

 

Di tempat ini terdapat patung besar di area gerbang utamanya. Patung tersebut terdiri dari dua orang, di antaranya posisi sedang memenggal kepala dan satu lagi nampak sedang duduk seakan-akan pasrah akan dipenggal.

 

Dua orang merupakan patung Muso. Ia adalah pemimpin pemberontakan PKI sedang membawa pedang yang ingin memenggal kepala Kiai Husen.

 

Kiai Husein adalah seorang tokoh agama yang dikenal memiliki kepribadian yang arif dan bijak. Kala itu ia juga sebagai anggota DPRD Madiun tahun 1948.

Baca juga:  Kepolisian Jepang Ungkap Kasus Peretasan Kartu Kredit

 

Selanjutnya, di area selatan tepatnya dekat pintu masuk terdapat prasasti batu ukiran nama-nama prajurit TNI Polri, pamong praja, tokoh masyarakat dan guru yang gugur dalam pertempuran melawan PKI di Desa Kresek.

 

Di depan prasasti terdapat ukiran nama-nama korban juga terdapat sumur tempat pembuangan korban keganasan PKI yang telah ditutup dan dibuat relief korban-korban di atasnya.

 

Kolonel Marhadi merupakan salah seorang prajurit TNI berpangkat tertinggi yang gugur dalam pertempuran Desa Kresek, namanya lalu diabadikan menjadi salah satu nama jalan di Kota Madiun dan didirikan pula patungnya di Alun-Alun Kota Madiun sebagai bentuk penghormatan.

Baca juga:  Polisi Gagalkan Peredaran Narkoba di Bawean

 

Sementara itu, pendopo yang didirikan monumen itu dulunya adalah rumah warga yang dijadikan markas PKI. Di mana tempat itu dijadikan lokasi pembantaian para korban. Parahnya lagi, rumah itu dibakar beserta penghuninya.

 

Kemudian di sebelah timur Patung Muso, terdapat bangunan patung anak-anak korban PKI yang menuntut bela kepada pemerintah RI agar menumpas kegiatan PKI di Madiun.

 

Sedangkan jumlah anak tangga yang menuju pintu masuk monumen masing-masing berjumlah 17, berjumlah 8 dan berjumlah 45 menunjukkan tanggal 17-8-1945 sebagai hari kemerdekaan RI. (iwan)