MOJOKERTO || Aksi MGA (28), bandar arisan online kota Mojokerto telah menjerat sekitar 100 korban. Total kerugian yang diterima korban hingga mencapai 600 juta rupiah. Korban penipuan ini berasal dari berbagai latar belakang profesi. Mulai dari penjahit busana, ibu rumah tangga, guru TK hingga dokter.
Seperti ST (34), penjahit busana online asal Kecamatan Tarik, Sidoarjo. Sehari-hari ia memasarkan jasanya melalui media sosial. Selanjutnya busana yang selesai dijahit, ia kirim ke pelanggan menggunakan jasa kurir.
Susah payah ST menyisihkan penghasilannya untuk membayar iuran arisan yang digelar MGA. Sebab setiap bulan ia harus membayar Rp 1,7 juta kepada bandar arisan asal Kelurahan/Kecamatan Magersari, Kota Mojokerto tersebut. Ya, ia menjadi peserta arisan get Rp 25,5 juta sejak Februari 2022.
September lalu seharusnya ST mendapat giliran menerima arisan tersebut. Uang puluhan juta itu ia gadang-gadang untuk membelikan sepeda motor anaknya untuk sekolah. Sayangnya, keinginan ST harus pupus di tengah jalan. Begitu juga mimpi anaknya mempunyai sepeda motor baru.
Sebab arisol yang digelar MGA tiba-tiba saja macet sejak Juli 2022. Bahkan, pelaku kabur sejak pertengahan September lalu. Tidak hanya itu, ST juga harus menanggung kerugian Rp 8,5 juta. Sebab ia sudah 6 kali membayar iuran kepada MGA sejak Februari lalu. Ketika masalah ini mencuat, ia hanya menerima pengembalian dana Rp 1,7 juta dari pelaku.
“Susah payah saya menyisihkan uang untuk bayar arisan. Rencananya mau belikan sepeda motor anak saya yang sudah masuk SMP,” terangnya.
Ibu rumah tangga berinisial DW (37), warga Kecamatan Gedeg, Kabupaten Mojokerto juga mengalami nasib serupa. Ia menginvestasikan Rp 30 juta kepada MGA pada Mei-Juni 2022. Uang jerih payah suaminya itu sedianya untuk merenovasi rumahnya. Ia tergiur dengan iming-iming keuntungan 25 persen per bulan yang disampaikan pelaku.
“Saya hanya ibu rumah tangga, duit dari suami. Rencana duit itu buat renovasi rumah,” ungkapnya.
Namun, janji profit MGA hanya isapan jempol. DW mengaku tak sekalipun menerima keuntungan dari ibu satu anak tersebut. Bahkan, uang Rp 30 juta yang ia serahkan kepada pelaku untuk investasi dana pinjaman (dapin), kini tak jelas rimbanya. Sebab pelaku kabur sejak pertengahan September lalu.
“Harapannya kalau bisa uangnya kembali. Saya minta iktikad baik pelaku. Jika tidak, dia harus merasakan dinginnya lantai penjara karena itu sudah pilihan dia,” jelasnya.
Korban dugaan penipuan MGA juga dari kalangan tenaga pendidikan. Salah satunya berinisial AF (36), warga Kecamatan Jetis, Kabupaten Mojokerto. Sehari-hari ia mengajar di sebuah TK di Kota Mojokerto. Statusnya sebagai guru honorer dengan gaji hanya Rp 200 ribu per bulan.
Ia tergiur dengan profit 25 persen per bulan dari investasi dapin yang digelar MGA. Sehingga AF menyerahkan uangnya Rp 15 juta kepada pelaku. Tidak hanya itu, ia juga menjadi peserta arisol get Rp 25 juta yang digelar pelaku. Total iuran yang sudah ia bayarkan kepada pelaku Rp 8,5 juta.
Apesnya, MGA tiba-tiba saja menghentikan arisan tersebut. Bahkan, pelaku kabur dan tak bisa dihubungi. Sehingga uang AF Rp 23,5 juta juga ikut raib. Padahal, uang tersebut susah payah ia kumpulkan untuk membuka toko kecil-kecilan di rumahnya.
“Rencana saya uang itu untuk buka toko, saya kumpulkan uang saya dengan cara itu (ikut arisan dan investasi dapin di MGA),” cetusnya.
Bahkan, seorang dokter juga menjadi korban penipuan yang diduga dilakukan MGA. Dokter berinisial PR ini menginvestasikan uangnya Rp 35 juta kepada MGA untuk bisnis rental mobil sejak awal 2022. Ia tergiur dengan profit 20 persen per bulan yang dijanjikan pelaku.
“Yang membuat saya percaya dia punya aset rental mobil, bisnis keluarganya,” terangnya.
Dokter asal Kecamatan Gedeg, Kabupaten Mojokerto ini harus gigit jari. Ia hanya menerima profit pada 2 bulan pertama masing-masing Rp 2 juta. Bahkan, uang Rp 35 juta yang ia investasikan kepada MGA, kini tak jelas rimbanya. Sebab, pelaku menghilang entah ke mana.